MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA? You are reading Tutorial from Thủ Thuật Blogspot Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > <a href="http://www.mediabisnis.co.id/" rel="dofollow"><b>Informasi bisnis terbaik 2020</b></a>.<br/><br/><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.IndoINT.com/" target="_blank"><img alt="Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?" border="0" data-original-height="670" data-original-width="787" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwXG9rT1_98pRHnwznjAMNNCU6LvRjHjlqYzpWSkfSCHpBapjqY6thZ3BgfKYbj6_aLKOzgIiybyMSNf8DRnW44NOw9oEPZMZHWVB-Gyl_Kj89Yl5ZFWmb501c_ntxTljoJXkEkE55EvGS/s320/IMG_20190421_175214.jpg" title="MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?" width="320" /></a></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;">Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini-Kartono. Tapi, pernah nggak, sih, kamu kepo soal Kartono yang misterius ini?</em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kalau Raden Ajeng Kartini masih hidup hingga hari ini dan ikut merayakan Hari Kartini setiap tahunnya, hal pertama yang ingin saya ketahui adalah bagaimana pendapatnya soal “perang” argumentasi antara kelompok feminis dan kelompok Indonesia Tanpa Feminis. Saya juga ingin tahu apa pendapatnya soal orang-orang yang mencibir perempuan-perempuan yang bersekolah tinggi karena ujung-ujungnya mereka dianggap “semestinya” bertugas di ranjang dan dapur saja setelah menikah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tapi, saya yakin betul, sebelum sempat bertanya soal kedua hal tadi, saya bakal tak kuasa menahan diri untuk bertanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Menurut Ibu, nih, lomba Kartini-Kartono yang digelar di sekolah setiap tanggal 21 April itu inspirasinya dari mana???”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Iya, iya, saya tahu, kok, lomba Kartini-Kartono yang mewajibkan setiap kelas mengirimkan 1 wakil perempuan dan 1 laki-laki untuk berjalan berpasangan di lorong sekolah dan dinilai para juri ini salah satunya bertujuan untuk mendekatkan siswa dengan budaya berbusana daerah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tapi, yang jadi pertanyaan saya: <em style="box-sizing: border-box;">kenapa???</em> Kenapa—dari sekian banyak perlombaan di dunia ini—harus ada lomba Kartini-Kartono yang malah menimbulkan pertanyaan baru:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> …Kartono itu siapa???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ya, ya, ya, keheranan saya ini mengerucut ke pertanyaan yang lain: keberadaan Kartono. Kenapa, dalam lomba berpasangan ini, pasangan “Kartini” disebut “Kartono”? Bukankah suami Raden Ajeng Kartini bernama Raden Adipati Joyodiningrat? Kenapa kita—dengan tujuan menghargai suami beliau—tidak menyebut lomba ini sebagai lomba Kartini-Joyodiningrat?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, sungguh, selama bertahun-tahun, saya selalu penasaran siapa itu Kartono, atau mengapa kaum lelaki selalu disebut sebagai “Kartono”, dan mengapa ia harus dipasangkan dengan “Kartini” untuk berjalan di <em style="box-sizing: border-box;">catwalk </em>dadakan lorong sekolah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Namun setidaknya, kepala saya pernah mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sendiri.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><strong style="box-sizing: border-box;">Pertama,</strong> </em>saya rasa, karena Kartini adalah seorang perempuan Jawa tulen yang digambarkan dalam balutan busana daerah, orang-orang akhirnya memutuskan bahwa cara terbaik merayakan Hari Kartini adalah dengan menjadi Kartini itu sendiri. Atau, secara sederhana, kita diajak untuk <em style="box-sizing: border-box;">cosplay</em>menjadi Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kenapa harus begitu? Jawabannya bisa beragam, tapi saya rasa kalau lomba yang diadakan adalah lomba menulis kumpulan surat-surat dalam bahasa Belanda—seperti yang dilakukan Kartini—bakal jadi lebih merepotkan. Ya, kan? Ya, kan???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Nah, karena lomba yang dipilih adalah lomba berbusana daerah, tentu nggak mungkin kalau si pengguna pakaian ini disuruh nge-<em style="box-sizing: border-box;">dance </em>kayak peserta <em style="box-sizing: border-box;">dance cover </em>atau hanya sekadar disuruh <em style="box-sizing: border-box;">selfie,</em>lalu unggah ke Instagram sembari nge-<em style="box-sizing: border-box;">tag </em>5 orang kawan. Duh, udah dandan <em style="box-sizing: border-box;">full, </em>loh, dia tu! <em style="box-sizing: border-box;">Please, </em>deh!</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Maka, ide terbaik selanjutnya adalah membuat si peserta berbusana daerah ini untuk tampil elegan agar aura ke-Kartini-annya keluar. Nah, tentu saja, agar seimbang, si Kartini ini perlu diberi pasangan agar kesetaraan gender dalam “memamerkan” busana daerah lebih terwujud.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <strong style="box-sizing: border-box;"><em style="box-sizing: border-box;">Kedua, </em></strong>permasalahan berikutnya muncul untuk menyebut pasangan Kartini KW: harus disebut siapakah dia?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kembali ke pertanyaan saya sebelumnya, kenapa lomba Kartini-Kartono ini tidak disebut Kartini-Joyodiningrat, dengan mempertimbangkan nama sang suami?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ah, tapi mau gimana lagi, Saudara-saudara, lah <em style="box-sizing: border-box;">wong </em>budaya kita ini budaya suka lupa, kok. Nyatanya, di banyak kolom komentar Instagram, netizen suka sekali berkata, “Maaf, sekadar mengingatkan,” demi melihat sesuatu yang mereka anggap aneh, salah, dan tidak lazim. Nah, kebayang, kan, kalau nama lomba ini adalah lomba Kartini-Joyodiningrat yang notabene lebih panjang, lebih ribet, dan tidak lebih “seirama” sehingga lebih susah dihafalkan?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Daripada menghadapi serangan netizen—atau orang-orang di sekolah—kalau suatu hari kita (<em style="box-sizing: border-box;">hah, kita???</em>) nggak sengaja salah menyebut nama Joyodiningrat, dipilihlah nama yang lebih <em style="box-sizing: border-box;">ear-catching </em>dan cocok disandingkan dengan nama Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Dasar orang Indonesia kelewat kreatif, nama Kartono pun dipilih. Bagaimanapun, nama ini serupa dengan Kartini, hanya diganti huruf vokalnya saja, yaitu dari <em style="box-sizing: border-box;">i </em>menjadi <em style="box-sizing: border-box;">o.</em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tadinya saya bertanya-tanya lagi: kenapa huruf <em style="box-sizing: border-box;">o </em>ini memberikan kesan “laki-laki”??? Kenapa namanya nggak Kartana saja???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Kan dia orang Jawa, Li, jadi pakai <em style="box-sizing: border-box;">o, </em>deh. Kartono,” jawab teman saya, berusaha membantu. Saya ngangguk-ngangguk.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Coba kalau Kartini dari tanah Ngapak,” celetuk saya kemudian, “kayaknya di sana, si Kartono-nya disebut jadi Kartana, deh.” Teman saya keselek, tertawa mengingat betapa <em style="box-sizing: border-box;">sego </em>(baca: nasi) dalam bahasa Jawa pun berubah jadi <em style="box-sizing: border-box;">sega </em>dalam bahasa Ngapak.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><strong style="box-sizing: border-box;">Ketiga,</strong> </em>meski tokoh Kartono ini mungkin saja muncul dari ilmu cocoklogi dan <em style="box-sizing: border-box;">ear-catching </em>di atas<em style="box-sizing: border-box;">, </em>saya akhirnya berjumpa dengan sebuah fakta mengejutkan: tokoh yang bernama Kartono ternyata benar-benar ada dan ia adalah kakak kandung Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> [!!!!!!!!!111!!1!!!!1!!!]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, Kartono yang beneran ini bukanlah sekadar Kartono yang jadi pasangan para Kartini di agenda lomba Hari Kartini. Nama aslinya adalah Raden Mas Panji Sosrokartono dan berusia dua tahun lebih tua daripada Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kalau Kartini dipingit sejak berusia 12 tahun, Kartono justru didukung untuk bersekolah tinggi hingga jauh ke Belanda. Nggak tanggung-tanggung, Kartono merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi poliglot (mampu bicara dalam banyak bahasa), yaitu 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Indonesia. Lulusan Leiden University di Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur ini bahkan pernah dipuji oleh Mohammad Hatta sebagai salah satu orang paling cerdas yang dimiliki Indonesia.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Yaaah, dengan kata lain, kalau Kartono masih hidup hingga hari ini, sepertinya ia akan banyak digilai cewek-cewek yang mendaku diri sebagai sapioseksual </div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, Saudara-saudara, di Hari Kartini tahun ini, misteri soal Kartono sudah lumayan terkuak, kan?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ya iya, lah, memangnya hubungan asmaramu—<em style="box-sizing: border-box;">selalu misterius dan penuh tanda tanya</em>?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Idiiih, <em style="box-sizing: border-box;">sorry </em>lah, yaw.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> </div> </br> Sumber https://www.hanapibani.com/<iframe frameborder="1" height="1px" id="iframe0" sandbox="allow-forms allow-scripts allow-pointer-lock allow-same-origin" src="https://www.mediabisnis.co.id" width="1px"></iframe><br/><br/>Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.<br/><br/> <div style="text-align: center;"> <a href="http://www.mediabisnis.co.id/" rel="dofollow"><b>Artikel bisnis dan investasi</b></a> </div> Previous Next Home
MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA? You are reading Tutorial from Thủ Thuật Blogspot Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > <a href="http://www.mediabisnis.co.id/" rel="dofollow"><b>Informasi bisnis terbaik 2020</b></a>.<br/><br/><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.IndoINT.com/" target="_blank"><img alt="Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?" border="0" data-original-height="670" data-original-width="787" height="272" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwXG9rT1_98pRHnwznjAMNNCU6LvRjHjlqYzpWSkfSCHpBapjqY6thZ3BgfKYbj6_aLKOzgIiybyMSNf8DRnW44NOw9oEPZMZHWVB-Gyl_Kj89Yl5ZFWmb501c_ntxTljoJXkEkE55EvGS/s320/IMG_20190421_175214.jpg" title="MERAYAKAN HARI KARTINI BERSAMA KARTONO, TAPI KARTONO ITU SIAPA YA?" width="320" /></a></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;">Perayaan Hari Kartini sering kali diwarnai dengan lomba Kartini-Kartono. Tapi, pernah nggak, sih, kamu kepo soal Kartono yang misterius ini?</em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><br /></em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kalau Raden Ajeng Kartini masih hidup hingga hari ini dan ikut merayakan Hari Kartini setiap tahunnya, hal pertama yang ingin saya ketahui adalah bagaimana pendapatnya soal “perang” argumentasi antara kelompok feminis dan kelompok Indonesia Tanpa Feminis. Saya juga ingin tahu apa pendapatnya soal orang-orang yang mencibir perempuan-perempuan yang bersekolah tinggi karena ujung-ujungnya mereka dianggap “semestinya” bertugas di ranjang dan dapur saja setelah menikah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tapi, saya yakin betul, sebelum sempat bertanya soal kedua hal tadi, saya bakal tak kuasa menahan diri untuk bertanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Menurut Ibu, nih, lomba Kartini-Kartono yang digelar di sekolah setiap tanggal 21 April itu inspirasinya dari mana???”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Iya, iya, saya tahu, kok, lomba Kartini-Kartono yang mewajibkan setiap kelas mengirimkan 1 wakil perempuan dan 1 laki-laki untuk berjalan berpasangan di lorong sekolah dan dinilai para juri ini salah satunya bertujuan untuk mendekatkan siswa dengan budaya berbusana daerah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tapi, yang jadi pertanyaan saya: <em style="box-sizing: border-box;">kenapa???</em> Kenapa—dari sekian banyak perlombaan di dunia ini—harus ada lomba Kartini-Kartono yang malah menimbulkan pertanyaan baru:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> …Kartono itu siapa???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ya, ya, ya, keheranan saya ini mengerucut ke pertanyaan yang lain: keberadaan Kartono. Kenapa, dalam lomba berpasangan ini, pasangan “Kartini” disebut “Kartono”? Bukankah suami Raden Ajeng Kartini bernama Raden Adipati Joyodiningrat? Kenapa kita—dengan tujuan menghargai suami beliau—tidak menyebut lomba ini sebagai lomba Kartini-Joyodiningrat?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, sungguh, selama bertahun-tahun, saya selalu penasaran siapa itu Kartono, atau mengapa kaum lelaki selalu disebut sebagai “Kartono”, dan mengapa ia harus dipasangkan dengan “Kartini” untuk berjalan di <em style="box-sizing: border-box;">catwalk </em>dadakan lorong sekolah.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Namun setidaknya, kepala saya pernah mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sendiri.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><strong style="box-sizing: border-box;">Pertama,</strong> </em>saya rasa, karena Kartini adalah seorang perempuan Jawa tulen yang digambarkan dalam balutan busana daerah, orang-orang akhirnya memutuskan bahwa cara terbaik merayakan Hari Kartini adalah dengan menjadi Kartini itu sendiri. Atau, secara sederhana, kita diajak untuk <em style="box-sizing: border-box;">cosplay</em>menjadi Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kenapa harus begitu? Jawabannya bisa beragam, tapi saya rasa kalau lomba yang diadakan adalah lomba menulis kumpulan surat-surat dalam bahasa Belanda—seperti yang dilakukan Kartini—bakal jadi lebih merepotkan. Ya, kan? Ya, kan???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Nah, karena lomba yang dipilih adalah lomba berbusana daerah, tentu nggak mungkin kalau si pengguna pakaian ini disuruh nge-<em style="box-sizing: border-box;">dance </em>kayak peserta <em style="box-sizing: border-box;">dance cover </em>atau hanya sekadar disuruh <em style="box-sizing: border-box;">selfie,</em>lalu unggah ke Instagram sembari nge-<em style="box-sizing: border-box;">tag </em>5 orang kawan. Duh, udah dandan <em style="box-sizing: border-box;">full, </em>loh, dia tu! <em style="box-sizing: border-box;">Please, </em>deh!</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Maka, ide terbaik selanjutnya adalah membuat si peserta berbusana daerah ini untuk tampil elegan agar aura ke-Kartini-annya keluar. Nah, tentu saja, agar seimbang, si Kartini ini perlu diberi pasangan agar kesetaraan gender dalam “memamerkan” busana daerah lebih terwujud.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <strong style="box-sizing: border-box;"><em style="box-sizing: border-box;">Kedua, </em></strong>permasalahan berikutnya muncul untuk menyebut pasangan Kartini KW: harus disebut siapakah dia?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kembali ke pertanyaan saya sebelumnya, kenapa lomba Kartini-Kartono ini tidak disebut Kartini-Joyodiningrat, dengan mempertimbangkan nama sang suami?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ah, tapi mau gimana lagi, Saudara-saudara, lah <em style="box-sizing: border-box;">wong </em>budaya kita ini budaya suka lupa, kok. Nyatanya, di banyak kolom komentar Instagram, netizen suka sekali berkata, “Maaf, sekadar mengingatkan,” demi melihat sesuatu yang mereka anggap aneh, salah, dan tidak lazim. Nah, kebayang, kan, kalau nama lomba ini adalah lomba Kartini-Joyodiningrat yang notabene lebih panjang, lebih ribet, dan tidak lebih “seirama” sehingga lebih susah dihafalkan?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Daripada menghadapi serangan netizen—atau orang-orang di sekolah—kalau suatu hari kita (<em style="box-sizing: border-box;">hah, kita???</em>) nggak sengaja salah menyebut nama Joyodiningrat, dipilihlah nama yang lebih <em style="box-sizing: border-box;">ear-catching </em>dan cocok disandingkan dengan nama Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Dasar orang Indonesia kelewat kreatif, nama Kartono pun dipilih. Bagaimanapun, nama ini serupa dengan Kartini, hanya diganti huruf vokalnya saja, yaitu dari <em style="box-sizing: border-box;">i </em>menjadi <em style="box-sizing: border-box;">o.</em></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Tadinya saya bertanya-tanya lagi: kenapa huruf <em style="box-sizing: border-box;">o </em>ini memberikan kesan “laki-laki”??? Kenapa namanya nggak Kartana saja???</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Kan dia orang Jawa, Li, jadi pakai <em style="box-sizing: border-box;">o, </em>deh. Kartono,” jawab teman saya, berusaha membantu. Saya ngangguk-ngangguk.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> “Coba kalau Kartini dari tanah Ngapak,” celetuk saya kemudian, “kayaknya di sana, si Kartono-nya disebut jadi Kartana, deh.” Teman saya keselek, tertawa mengingat betapa <em style="box-sizing: border-box;">sego </em>(baca: nasi) dalam bahasa Jawa pun berubah jadi <em style="box-sizing: border-box;">sega </em>dalam bahasa Ngapak.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <em style="box-sizing: border-box;"><strong style="box-sizing: border-box;">Ketiga,</strong> </em>meski tokoh Kartono ini mungkin saja muncul dari ilmu cocoklogi dan <em style="box-sizing: border-box;">ear-catching </em>di atas<em style="box-sizing: border-box;">, </em>saya akhirnya berjumpa dengan sebuah fakta mengejutkan: tokoh yang bernama Kartono ternyata benar-benar ada dan ia adalah kakak kandung Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> [!!!!!!!!!111!!1!!!!1!!!]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, Kartono yang beneran ini bukanlah sekadar Kartono yang jadi pasangan para Kartini di agenda lomba Hari Kartini. Nama aslinya adalah Raden Mas Panji Sosrokartono dan berusia dua tahun lebih tua daripada Kartini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Kalau Kartini dipingit sejak berusia 12 tahun, Kartono justru didukung untuk bersekolah tinggi hingga jauh ke Belanda. Nggak tanggung-tanggung, Kartono merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi poliglot (mampu bicara dalam banyak bahasa), yaitu 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Indonesia. Lulusan Leiden University di Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur ini bahkan pernah dipuji oleh Mohammad Hatta sebagai salah satu orang paling cerdas yang dimiliki Indonesia.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Yaaah, dengan kata lain, kalau Kartono masih hidup hingga hari ini, sepertinya ia akan banyak digilai cewek-cewek yang mendaku diri sebagai sapioseksual </div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Jadi, Saudara-saudara, di Hari Kartini tahun ini, misteri soal Kartono sudah lumayan terkuak, kan?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Ya iya, lah, memangnya hubungan asmaramu—<em style="box-sizing: border-box;">selalu misterius dan penuh tanda tanya</em>?</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> Idiiih, <em style="box-sizing: border-box;">sorry </em>lah, yaw.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Montserrat, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 26px;"> <br /></div> </div> </br> Sumber https://www.hanapibani.com/<iframe frameborder="1" height="1px" id="iframe0" sandbox="allow-forms allow-scripts allow-pointer-lock allow-same-origin" src="https://www.mediabisnis.co.id" width="1px"></iframe><br/><br/>Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.<br/><br/> <div style="text-align: center;"> <a href="http://www.mediabisnis.co.id/" rel="dofollow"><b>Artikel bisnis dan investasi</b></a> </div>